Perusahaan manufaktur Roll-Royce menutup bisnis penerbangannya seperti engine pesawat terbang selama 2 minggu di musim panas dalam upaya mengelola keuangan dalam keadaan pandemi Covid-19 saat ini. Kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 ini sangat berpengaruh besar terhap turunnya perekonomian dunia.
(sumber : www.rolls-royce.com)
Akan tetapi penutupan sementara tersebut masih perlu ditinjau dan didiskusikan dengan anggota serikat pekerja yang terkait serta apakah kebijakan itu sesuai dengan undang-undang pemerintah atau tidak. Pengumuman penutupan sementara tersebut menyusul dengan adanya Roll-Royce Outlook pada Bulan Januari akhir lalu. Dimana dalam outlook tersebut diperkirakan bahwa flight hour untuk penerbangan long-houl dari pesawat twin-aisle hanya akan berada di 55% dari tingkat sebelum adanya krisis pandemi Covid-19. Hal tersebut lebih rendah 15% dari yang diperkirakan sebelumnya yaitu 70%.
Pihak Roll-Royce menyatakan bahwa harus melilhat juga operasi penerbangan yang ada di Singapura.
“In Singapore, we continue to look at cost management options that are practical for our operations and setup, We are engaging directly with our colleagues as well as the union and relevant government stakeholders on this.” kata pihak Roll-Royce (sumber : www.flightglobal.com)
Full-year result dari Roll-Royce akan diumumkan pada Bulan Maret. Perusahaan penerbangan sangat terpengaruh pada kondisi pandemi Covid-19 ini termasuk perusahaan sekelas Roll-Royce. Mereka sangat terkena imbasnya dikarenakan kebanyakan engine yang diproduksi adalah engine yang digunakan untuk pesawat widebody atau pesawat perjalanan long-houl.